Penulis: Eve Shi
Penerbit: GagasMedia, 2014
Tebal: 310 hlm.
ISBN: 9797806987
Sinopsis:
INI BUKAN CERITA BAHAGIA.
INI TENTANG KAKAK-BERADIK DAN PENGHUNI LAMA
DI APARTEMEN BARU MEREKA.
Ia menggulingkan badan menghadap dinding, dan tempat tidur berderit.
Maura mengucek mata. Tempat tidur ini dibawa dari apartemen lama dan sudah tidak baru. Tapi pasti belum reyot sampai berbunyi tiap kali ia bergerak. Maura mulai menegakkan badan untuk memeriksa kerangka tempat tidur, lalu terkesima.
Di ujung tempat tidur duduk seorang perempuan berambut panjang, memunggungi Maura....
Lost berkisah tentang kakak-beradik penghuni baru di salah satu apartemen di Jakarta, Ilustre Casa. Belum lama tinggal di apartemen tersebut, tokoh utama kita, Maura, mulai mengalami hal-hal aneh. Di antaranya mengalami mimpi buruk, mendengar suara-suara dari sumber yang tak berwujud, hingga dibuat penasaran oleh helaian rambut panjang misterius yang tersangkut di sisirnya. Ryan, sang kakak, awalnya tidak mempercayai Maura, hingga akhirnya Ryan mengalaminya juga. Maura yakin hal-hal seram yang dilihat dan didengarnya sangat berkaitan dengan penghuni unit apartemen sebelumnya. Gadis kelas 11 itu pun berusaha untuk menguak misteri unit 603 apartemen Illustre Casa, dengan dibantu cowok misterius bernama Julian. Berhasilkah mereka? Apa sebenarnya yang membuat Illustre Casa menjadi begitu menyeramkan? Temukan jawabannya dalam Lost karya Eve Shi.
Setelah sukses dibuat bermimpi buruk oleh karya Eve Shi sebelumnya yang berjudul Aku Tahu Kamu Hantu (ATKH), saya dibuat penasaran dengan karya keduanya ini. Sebenarnya saya sudah memiliki buku ini selama beberapa waktu namun belum sempat membacanya, hingga teman-teman Joglosemar memutuskan untuk melakukan aksi baca bareng buku horor dalam rangka Halloween. Saya pun memilih Lost sebagai bacaan Halloween saya.
Okeh, cukup prolognya. Mari ke review.
Cerita tentang apartemen berhantu mungkin sudah tidak asing bagi pembaca, khususnya yang menggemari film-film horor. Namun kisah Lost tetap menarik untuk diikuti berkat kepiawaian penulis dalam menyuguhkan misteri yang membuat pembaca penasaran. Setidaknya, saya penasaran dengan kisah di balik unit 603. Siapa sebenarnya gadis berambut panjang ala Sadako yang kerap menampakkan dirinya? Siapa pula si hantu lelaki berkaos merah? Apa sebenarnya yang terjadi terhadap mereka? Yang lebih membuat saya penasaran lagi adalah: apa yang bakalan terjadi kepada Maura dan Ryan?
Hal lain yang menjadi daya tarik dalam cerita Lost ialah konsep "tatar". Apa itu tatar? Bukan telur tatar loh ya. (Itu telur dadar woy! #garing). Dunia ini sejatinya terdiri dari macam-macam tatar atau realitas. Manusia tinggal di satu tatar, sementara tatar yang lain dihuni oleh mahluk bukan manusia. Saya menduga, tatar-tatar lain bisa saja dihuni oleh manusia namun dengan realitas yang berbeda (semacam dunia paralel). Dalam buku ini, tatar yang dimaksud adalah versi yang berisi arwah gentayangan. Pada waktu-waktu tertentu, batas antartatar bisa sangat tipis dan apabila tidak awas, manusia bisa tanpa sengaja menyeberang ke tatar lain dan tersesat di sana. Maura misalnya, awalnya ia hanya bisa melihat ‘sosok misterius’ di apartemennya. Namun ada kejadian di mana ia tersesat di apartemen versi tatar yang berbeda. Di tatar itu, apartemen Ilustre Casa tampak sangat kotor dan mengerikan, seolah-olah sudah tak ditempati dalam waktu yang lama. Kamar unitnya kosong sama sekali, perabotannya lenyap semua. Kondisi itu saja sudah cukup menakutkan. Bagaimana jika ditambah ancaman dari hantu-hantu yang bisa muncul kapan saja? Bakalan seru pastinya. Saya teringat pada game-game Silent Hill. Kota kecil Silent Hill aslinya memang sudah menyeramkan. Tapi akan jauh lebih menyeramkan lagi bila realitas di Silent Hill berubah, menjadi semacam nightmare mode (tsaah). Istilah aslinya sih otherworld. Silent Hill versi otherworld tersebut adalah perwujudan dari mimpi buruk manusia, di mana hal-hal seram dan tak masuk akal sering terjadi.
Kembali ke Lost. Saya sebenarnya sangat menyukai konsep tatar di buku ini. Namun saya merasa konsep ini kurang dimanfaatkan dengan maksimal oleh penulis. Begitu banyak aspek horor dan aksi yang sebetulnya bisa digali namun akhirnya tidak tereksplorasi dengan baik, sehingga membuat saya merasa buku ini tidak sehoror ATKH. Ada banyak adegan penampakan di buku ini, tapi yang benar-benar membuat saya merinding hanya satu adegan, yaitu ketika Maura terjebak di dalam lift bersama sosok Bram. Duh, mengingat adegan ini saya jadi merinding lagi. Tapi selebihnya ya… biasa saja.
Alur ceritanya di bagian awal cukup lambat. Namun setelah Maura berinteraksi dengan Julian bersamaan dengan hadirnya konsep tatar, cerita jadi semakin menarik. Beberapa twist kecil di buku ini sukses membuat saya mangap dan berkomentar, “Wow!” Salut deh buat penulis. Hanya saja, saya merasa banyak bagian cerita kurang penting yang cukup mengganggu cerita utama. Kisah Maura dan pacarnya, cerita tentang girl band White Juliet, atau kisah sahabat Maura yang sakit-sakitan, sama sekali tidak memberi kontribusi berarti bagi keseluruhan cerita. Banyak sekali karakter yang hanya sekadar tempelan. Dan sepanjang membaca buku ini, saya kok merasa baik Maura, Julian, teman-teman Maura, bahkan para anggota White Juliet, terkesan lebih muda dari usia mereka yang sebenarnya. Entahlah, mungkin ini hanya perasaan saya saja.
Secara keseluruhan, Lost adalah bacaan yang menarik walau banyak aspek yang sebenarnya dapat lebih dimaksimalkan lagi oleh penulis. Meski tidak semenyeramkan ATKH, saya cukup menikmati ceritanya, bahkan sejujurnya saya lebih menyukai cerita Lost daripada ATKH.
Rating:
wow, ini kebalikannya sulis ya. hahahha, kayaknya ga terlalu serem yah Lost ini, (oke kecuali kavernya yang super itu)
BalasHapusJauh lebih nyeremin ATKH sih kalau menurutku.
HapusCovernya emang serem, tapi aku kok gak suka ya?
Kurang... apa ya, artistik? #tsah
secara garis besar pendapat kita sama kang, penulis terlalu banyak bercerita hal yg nggak penting jadi unsur horornya terkikis, beda dengan ATKH yg emang benar-benar fokus banget ceritanya.
BalasHapus@vina: kalau utk unsur horor sebenarnya buku ini sangat berpotensi lebih horor cuma kekurangannya tadi yg bikin buku ini nggak menakutkan kecuali cover.
Iya, Lis. Buku kedua ini emang kurang fokus. Padahal plot utamanya cukup menjanjikan dan aku suka banget. Tapi ya itu, banyak bagian yang nggak penting. Mudah-mudahan Unforgiven lebih baik dari ini.
Hapus
BalasHapusİkitelli Yangın Tüpü |
Kadıköy Yangın Tüpü |
Kağıthane Yangın Tüpü |
Kartal Yangın Tüpü |
Küçükçekmece Yangın Tüpü |
Maltepe Yangın Tüpü |
Moda Yangın Tüpü |
Pendik Yangın Tüpü |
Sancaktepe Yangın Tüpü |