Penulis: Stephen Chbosky
Penerbit: MTV Books, 1999
Format: Ebook, 138 hlm
Sinopsis:
Charlie is a freshman.
And while he's not the biggest geek in the school, he is by no means popular. Shy, introspective, intelligent beyond his years yet socially awkward, he is a wallflower, caught between trying to live his life and trying to run from it.
Charlie is attempting to navigate his way through uncharted territory: the world of first dates and mix tapes, family dramas and new friends; the world of sex, drugs, and The Rocky Horror Picture Show, when all one requires is that perfect song on that perfect drive to feel infinite. But he can't stay on the sideline forever. Standing on the fringes of life offers a unique perspective. But there comes a time to see what it looks like from the dance floor.
The Perks of Being a Wallflower is a deeply affecting coming-of-age story that will spirit you back to those wild and poignant roller-coaster days known as growing up.
Sejujurnya saya bingung bagaimana menulis review tentang buku ini tanpa merasa mengkhianati Charlie. #apasih
Secara garis besar, The Perks of Being a Wallflower berkisah tentang Charlie. Ia adalah seorang wallflower. Ia pendiam dan pasif. Tidak punya banyak teman, meski memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Satu-satunya sahabat yang ia miliki baru saja bunuh diri. Teman-teman yang ia kenal semasa middle school telah berubah total sejak memasuki high school. Bisa dibilang, Charlie memulai tahun pertamanya sebagai freshman dalam kesendirian. Sebagai seorang wallflower, yang dapat ia lakukan ialah mengamati orang lain, mencoba memahami isi kepala mereka, mencoba untuk mengerti.
“I walk around the school hallways and look at the people. I look at the teachers and wonder why they're here. If they like their jobs. Or us. And I wonder how smart they were when they were fifteen. Not in a mean way. In a curious way. It's like looking at all the students and wondering who's had their heart broken that day, and how they are able to cope with having three quizzes and a book report due on top of that. Or wondering who did the heart breaking. And wondering why.”
Keadaan mulai berubah sejak Charlie mengenal Patrick dan Sam, sepasang saudara tiri. Patrick adalah pribadi yang lucu dan suka membuat orang lain bergembira. Sementara Sam, saudari tiri Patrick, memiliki paras yang cantik serta selalu ceria. Keduanya adalah pribadi yang menyenangkan. Sejak Charlie mengenal mereka, ia perlahan-lahan masuk ke lingkungan pertemanan Partrick dan Sam. Kehidupan Charlie yang sepi pun mulai berubah menjadi lebih 'ramai'. Banyak sekali hal baru yang Charlie alami di tahun pertamanya itu. Hanya saja keadaan tidak selalu berjalan mulus baginya. Mampukah Charlie bertahan? Terlebih lagi, ia ternyata punya semacam mental disroder yang membuat emosinya sering tidak stabil. Apakah teman-teman barunya dapat menerima kondisinya tersebut?
Banyak kisah lengkapnya dalam The Perks of Being a Wallflower by Stephen Chbosky
movie-tie-in edition |
Saya sebenarya menonton filmnya lebih dulu baru kemudian membaca bukunya. Saya sangat menyukai filmnya, sehingga saya memutuskan untuk membaca versi novelnya. Dan berkat menonton filmnya terlebih dahulu, saya jadi sangat mudah memahami buku ini meski ditulis dalam bahasa Inggris (selain itu, bahasa yang digunakan penulis memang tidak rumit). Menurut saya adaptasi filmnya sangat baik, meski tentu saja banyak aspek yang tidak ditampilkan dalam film, tapi secara keseluruhan adaptasinya tidak mengecewakan.
Oke, balik ke bukunya. Pertama-tama, saya menyukai cara penulis menyampaikan kisahnya ke pembaca. Buku ini berisi semacam kumpulan surat yang ditulis oleh Charlie kepada sahabatnya. Awalnya saya bingung siapa sahabat yang dimaksud Charlie. Tapi kemudian saya paham bahwa sahabat yang dimaksud bisa siapa saja. Bisa saya, bisa juga Anda. Membaca novel dalam bentuk kumpulan surat sebetulnya bukan selera saya—saya lebih menukai novel yang ditulis secara konvensional. Namun ternyata buku ini sukses membuat saya tersedot ke dalam ceritanya. Saya jadi merasa sangat dekat dengan Charlie, seolah-olah ia memang sahabat baik yang sangat mempercayai saya sehingga ia mau bercerita dengan jujur apa saja yang ia alami; tentang kesusahannya, tentang kegembiraannya, tentang apa saja! Charlie sukses membuat saya merasa seolah saya adalah sahabat yang 'spesial'.
Meski buku ini tidak benar-benar miliki plot, namun saya dapat menikmati setiap kisah yang disampaikan oleh Charlie. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, si Charlie ini menceritakan banyak hal secara jujur ke pembaca. Jadi jangan kaget kalau-kalau Charlie bercerita tentang sex, drugs, dan The Rocky Horror Picture Show yang unik banget itu. Bagian paling menarik dari buku ini yaitu saat Charlie bercerita tentang Patrick dan Sam. Saya sangat menyukai kedua sahabat Charlie tersebut, terutama karena mereka peduli terhadap Charlie. Salah satu adegan favorit saya adalah ketika Charlie membela Patrick yang di-bully lantaran dirinya adalah seorang gay.
Saya juga menyukai saat Charlie bercerita tentang keluarganya. Dalam film, penggambaran interaksi antara Charlie dan keluarganya tidak terlalu diekspos sehingga saya merasa terkejut karena banyak hal menarik yang diceritakan Charlie tentang keluarganya dalam buku ini, misalnya tentang 'koneksi unik' antara Charlie dengan ayahnya, atau berbagai kisah yang menunjukkan betapa ia sangat menyayangi kakak laki-laki dan kakak perempuannya.
Secara keseluruhan, buku ini ditulis dengan indah. Dulu, sebelum membaca buku ini, saya sempat berharap buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tapi mengingat beberapa konten dalam buku ini yang dapat mengundang kontroversi, maka saya maklum apabila para penerbit Indonesia merasa ragu untuk menerjemahkan buku ini. Namun hal yang membuat saya khawatir apabila kelak buku ini jadi diterjemahkan bukanlah mengenai konten. Sama seperti Mbak Dewi, saya takut 'keindahan' buku ini akan hilang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Siapapun yang akan menerjemahkan buku ini, saya cukup yakin untuk berkata bahwa tugasnya lumayan berat. (Sotoy mode: on)
Buku ini saya rekomendasikan bagi pembaca yang menyukai novel-novel bertema coming-of-age, persahabatan, dan keluarga. Bagi pembaca yang menyukai romance, harus saya katakan bahwa buku ini tidak memiliki banyak unsur romansanya, namun demikian, perasaan cinta malu-malu Charlie terhadap Sam adalah hal manis yang melengkapi keseluruhan cerita novel ini.
“So, I guess we are who we are for alot of reasons. And maybe we'll never know most of them. But even if we don't have the power to choose where we come from, we can still choose where we go from there. We can still do things. And we can try to feel okay about them.”
Aku punya ebooknya. Tapi mau baca malah nunda2 eh trus keduluan nonton filmnya deh. Yang emang bagus bgt filmnya sampe bikin review kecil soal filmnya.. Aku shock ketika tahu endingnya.. unbelievable lah. Trus aku jadi ikutan sedih untuk charlie.. :(
BalasHapusHehe. Ayo dibaca, Ky. Lumayan sebagai pelengkap apa saja yang tidak disampaikan dalam versi film. :)
Hapushai..
HapusAku baru nemu blog ini waktu nyari-nyari ebook buku Stephen Chbosky ini.
aku baca di atas, kamu punya ebooknya. bisa tolong di share ke aku ga? pengen banget baca bukunya dulu sebelum nonton filmnya.
Kalo kamu bersedia share, let me know.
thanks before.
Mas nya ada ebook nya?boleh bagi?
HapusPermisi kak, boleh saya minta ebooknya? Kebetulan buat tuga skuliah nih 😀🙂🙂
Hapusyah kumpulan surat ya, aku begitu nggak cocok nih, mungkin benar nonton filmnya aja dulu kali ya
BalasHapusIya Lis, nonton filmnya duluan juga gpp. Bagus banget filmnya.
HapusSetuju banget... kalau ada yang mau nerjemahin novel ini ke bahasa indonesia cuma bisa berdoa yang nerjemahin adalah orang yang benar benar udah ahli... soalnya kadang kadang buku yang ngasih unsur 'indah' pas diterjemahin unsur 'indah' nya ilang... bukan maksud ga menghargai bahasa sendiri ya.. tapi menurutku ada buku buku yang memang sebaiknya ga diterjemahin ke bahasa lain...
BalasHapus