Judul: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Seri: Supernova #1
Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Penerbit: Truedee Pustaka Sejati, 2010
Tebal: x + 251 hlm.
ISBN: 978-979-96257-7-9
Sinopsis:
Di dunia dengan jarak yang kian menyusut dan pikiran yang dituntut untuk kian mengglobal, Supernova bisa memberikan beberapa alternatif perspektif untuk memandang eksistensi manusia dan relasinya dengan seluruh aspek kehidupan. Mikro dan makro. Karena Supernova adalah virus. Virus pikiran.Tinggal satu pertanyaan:Siapkah Anda terinfeksi?
Berawal dari sebuah pertemuan yang biasa-biasa saja, Ruben dan Dhimas mendapati diri mereka saling menyukai satu sama lain. Akhirnya, tanpa terasa telah sepuluh tahun mereka menjalin kasih. Dalam rangka memperingati hari jadi mereka, keduanya memutuskan untuk membuat sebuah karya masterpiece. Maka tercetuslah sebuah gagasan untuk menulis cerita yang kemudian diberi judul “Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”, menjadikan buku ini sebuah cerita di dalam cerita.
Dalam dongeng yang asli, diceritakan Ksatria berusaha untuk bisa terbang demi dapat bertemu dengan Puteri dari Kerajaan Bidadari. Namun, sekeras apapun ia berusaha untuk terbang, ia tak pernah sanggup menggapai sang Puteri. Hingga akhirnya ia bertemu Bintang Jatuh dan meminta bantuan darinya. Bintang Jatuh setuju membantu Ksatria. Sayang sekali di saat-saat terakhir Bintang Jatuh berkhianat dan mengambil Puteri untuk dirinya sendiri, sementara Ksatria dibiarkan jatuh dan hancur.
Dalam dongeng versi Ruben dan Dhimas, sosok Ksatria diwakili oleh Ferre, seorang pria muda yang sukses. Ferre kemudian jatuh cinta pada sosok Puteri yang diwaliki oleh Rana, jurnalis yang mewawancarainya untuk artikel di sebuah majalah. Meski Rana sudah bersuami, namun ia tak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya, sebab pernikahan yang ia jalani adalah sebuah perjodohan tanpa landasan cinta. Maka ketika Ferre menawarkan cintanya, Rana menerimanya dengan tangan terbuka. Ksatria dan Puteri pun menjalani hubungan secara rahasia. Layaknya dongeng, Ferre tak bisa sepenuhnya memiliki Rana oleh sebab kondisi yang sangat tidak memungkinkan, meskipun ketulusan cinta keduanya tidak diragukan.
Buku ini tak sesederhana yang saya ceritakan di atas. Jujur saja, butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan novel ini. Setelah beberapa saat berkutat dengan buku ini, saya mulai menangkap polanya. Bagi pembaca yang mungkin tertarik membaca buku ini, bisa sedikit saya gambarkan tentang pola buku ini: Sang pencerita-Ruben dan Dhimas-menulis cerita tentang Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Pembaca kemudian diajak mengikuti kisah tentang mereka. Di sela-sela kisah Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Ruben dan Dhimas terkadang muncul dan berdiskusi tentang perkembangan cerita yang mereka tulis. Saat sedang berdiskusi tentang kisah yang mereka tulis inilah, Ruben yang genius mencoba mengaitkan cerita mereka dengan bidang sains yang ia pelajari selama bertahun-tahun. Saya memang kesulitan memahami isi kepala Ruben, namun entah mengapa, saya bisa menikmatinya. Saya cukup terkejut bahwa pada akhirnya saya mampu menikmati buku ini. Ternyata sains dan filsafat dapat berbaur dalam sebuah cerita fiksi yang terasa begitu realistis.
Saya sangat mengagumi Dee atas kepiawaiannya mengolah semua bahan ke dalam buku pertama Heksalogi Supernova ini. Dee mencoba menyentuh kesadaran pembaca tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Sungguh sebuah karya yang mencerahkan, ditambah permainan kata yang dipilih dengan cermat, membuat buku ini sayang untuk dilewatkan.
Alur ceritanya sendiri awalnya terasa lambat, namun perlahan-lahan semakin cepat, bahkan menjadi sangat cepat menjelang akhir cerita. Tentang penokohan, sebenarnya tokoh yang mencuri perhatian di sini adalah Diva, sang Bintang Jatuh. Namun sayangnya saya kurang begitu menyukai tokoh ini. Beberapa pandangannya cocok dengan saya, namun untuk hal-hal lain, saya merasa kurang sreg saja. Saya pikir Diva terlalu banyak protes, tentang hal-hal yang dianggapnya salah dalam kehidupan, sementara ia sendiri menjalani hidup sebagai, uhm, penjaja tubuh? Ironis ini namaya. Atau saya hanya tidak menangkap maksud dari Dee menciptkan karakter ini? Mungkin juga. Tapi melihat perkembangan cerita, saya yakin Diva akan memilih jalan yang baru, terutama setelah interaksinya dengan… ah, baca sendiri aja saja ya. Hehe. *ditimpuk*
Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik. Gaya berceritanya tidak biasa. Bagi pembaca yang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan sains dan filsafat, buku ini sangat wajib untuk dijadikan teman berpikir.
***
My very first Dee's book. Dan sejauh ini paling gw suka. Buku pembuka ke serial Supernova lainnya yang selalu gw tunggu-tunggu. Awalnya gw juga berasa ini buku berat amat, dan karakter diva jug awalnya gw ga suka. Tapi itu cuma awalnya. hehehe. Ga sabar pengen tau akhir dari serial ini.
BalasHapusSepertinya harus bersabar untuk pengen tahu akhir dari seri ini. Semoga Dee dihujani ide agar segera menulis buku selanjutnya (soalnya nggak ada tanda2 kalau beliau tengah menulis buku selanjutnya... buku ke-5 ya berarti?)
Hapusaku sukaa buku iniii, my fave. terutama tokoh Diva yang ..unik
BalasHapusMungkin karena dialah sang--*dibekep sebelum tebar-tebar spoiler*
Hapusaku suka penggambaran hubungan ruben dan dimas yang romantis tapi gimana gitu XD buku ini agak2 terlalu "maksa" dengan footnotes nya yang bejibun, tapi sebagai pembuka supernova, buku ini emang bikin jadi ketagihan serial ini...
BalasHapusHaha. Iya, Mbak. Dee menggambarkan hubungan Ruben dan Dhimas dengan sangat wajar.
HapusMungkin sadar buku pertamanya ini terlalu berat, aku denger makin ke belakang seri Supernova makin mudah dicerna ya kabarnya?