Sinopsis:
Kehidupan pernikahan itu bagaikan roller coaster. Yes? No? Jungkir balik! Kadang di atas, kadang di bawah. Ada yang menikmati dan tertawa bahagia, ada juga yang tersiksa dan menangis tersedu. Setelah mencobanya, setiap orang punya pilihan masing-masing: ingin terus mencoba atau justru kapok luar biasa.Bagaimana dengan Audi dan Rafa? Kehidupan urban yang dijalani pasangan ini memberi tantangan lebih pada pernikahan mereka. Bagaimana mencari waktu untuk bersama di tengah kesibukan mereka. Bagaimana mengatur mood setelah semua energi positif hilang di kantor. Bagaimana menahan godaan dari orang yang pernah hadir di masa lalu.Akankah mereka terus mencoba dan bertahan?Atau justru kapok dan menyerah?
The Marriage Roller Coaster mengangkat konflik dalam sebuah pernikahan. Layaknya roller coaster, pernikahan tidak selalu datar, kadang bisa jungkir balik juga. Tokoh utama kita adalah Audi, seorang wanita karir yang cukup sukses, menikahi lelaki yang amat ia cintai, dan juga memiliki seorang sahabat yang sudah seperti saudari sendiri, Sonya. Berkat karirnya yang cemerlang ditambah penghasilan suami yang juga tidak sedikit, maka kebiasaan shopping merupakan hal yang wajar baginya. Ia berprinsip, bila selalu tampil cantik, toh suami juga yang bangga. Lagi pula, baju-baju mahal yang ia beli bisa dibilang adalah sebuah investasi. Baginya, berpenampilan menarik dapat menambah rasa percaya diri dalam bekerja, terutama saat harus memberikan sebuah presentasi di depan klien. Dan bila ia berhasil menggaet calon klien, perusahaan juga yang untung, bukan? Itulah Audi dan rasa percaya dirinya yang tinggi. Sepintas tak ada yang salah dengan kehidupannya. Kecuali satu.
Rafa, sang suami, adalah seorang suami pekerja keras dan selalu sibuk. Setiap hari selalu pulang larut malam. Audi yang jam pulangnya sore sering mendapati dirinya hanya seorang diri di apartemen. Kadang ia sudah terlalu mengantuk untuk menanti kepulangan Rafa. Bila ia memaksakan diri untuk menunggu pun, giliran Rafa yang sudah terlalu capek untuk sekadar mengobrol dan langsung tidur. Audi sering merasa kesepian. Terkadang ia lebih memilih untuk makan malam bersama Sonya yang masih lajang, karena terlalu menyedihkan baginya bila harus makan malam seorang diri tanpa ditemani siapapun, terutama sang suami. Audi berkali-kali mencoba mengutarakan isi hatinya kepada Rafa, namun Rafa yang sensitif sering menganggap Audi tukang mengeluh dan tak memahami posisi dirinya. Kalimat “Aku kerja sampai larut malam toh demi kamu juga!” sering terlontar dari mulut Rafa, membuat Audi semakin sedih. Pertengkaran-pertengkaran kecil seperti ini memang sering terjadi di bawah atap rumah tangga Audi. Audi sering memilih untuk mengalah.
Lalu, muncul Yoga, mantan kekasih Audi. Sialnya, Yoga adalah calon klien perusahaan Audi. Sebagai seorang market reseacher yang cukup handal di kantornya, Audi diminta untuk meng-handle perusahaan Yoga. Otomatis, Yoga dan Audi jadi lebih sering bertemu untuk membahas pekerjaan. Akan tetapi, apabila Audi hanya ingin menjalin hubungan profesional dengan Yoga, maka tidak demikian dengan Yoga. Sebaliknya, Yoga masih menaruh harapan pada Audi. Bukan salah Yoga yang menganggap Audi masih lajang, karena Audi memang tidak pernah menyebut dirinya telah menikah, lantaran khawatir pengakuannya dapat memengaruhi hubungannya profesonalnya dengan Yoga. Dengan kata lain, Audi khawatir akan kehilangan calon klien potensial. Rafa yang pencemburu dan posesif akhirnya mengetahui perihal hubungan Audi dan Yoga. Dengan emosi, ia meminta Audi menghentikan hubungannya dengan Yoga, sekalipun itu hanya sekadar hubungan kerja. Lagi-lagi Audi mengalah dan melepas perusahaan Yoga ke tangan orang lain.
Masalah lain muncul saat Audi hamil. Perisitwa ini harusnya merupakan kabar habagia bagi pasangan suami-istri. Tetapi Rafa dan Audi yang tadinya memutuskan untuk belum akan memiliki anak menganggap hal ini sebuah masalah, terutama Rafa. Kelakuan Rafa semaki menjadi-jadi, terutama setelah ia mengetahui ternyata Audi masih sering bertemu dengan Yoga. Saat Audi dipromosi menjadi manajer (sebagaimana yang selalu diimpikan Audi), Rafa malah menyuruh Audi untuk berhenti bekerja dengan alasan demi bayi dalam kandungan Audi.
Apakah Audi akan mengalah dan menuruti kemauan Rafa sebagaimana yang dilakukannya selama ini? Ataukah ia memutuskan untuk menyudahi pernikahannya, karena tak tahan lagi dengan sikap Rafa yang terlalu posesif—apalagi Audi mendapati bahwa Rafa ternyata suka menjelek-jelakkan dirinya di depan sahabatnya? Lagi pula, ada Yoga yang rela melakukan apa saja demi Audi, termasuk rela menjadi ayah atas bayi yang dikandung Audi.
Baca kisah lengkapnya dalam The Marriage Roller Coaster karya Nurilla Iryani.
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat kepada penulis atas terbitnya novel keduanya ini. Saya memang menyukai buku pertama beliau (Dear Friend With Love), tapi saya lebih menyukai buku kedua ini. Jika dalam buku pertama penulis menggunakan sudut pandang orang pertama secara bergantian antara dua tokoh, dalam buku kedua ini cerita terpusat pada Audi dan diceritakan dari sudut pandang Audi saja. Hal tersebut membuat ceritanya terasa lebih fokus. Masalah yang dialami Audi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Walau saya pribadi belum pernah merasakan kehidupan pernikahan, namun saya sangat memahami rasa kesepian yang dialami Audi. Maka tidak heran apabila perhatian Audi teralihkan oleh Yoga, sang mantan kekasih yang ternyata jauh lebih perhatian dibanding suami sendiri.
Pesan penting yang bisa saya tarik dari novel ini adalah tentang pentingnya komunikasi antara suami-istri. Dalam kasus Audi, ia mencoba mengutarakan isi hatinya namun langsung ditanggapi secara defensif oleh Rafa. Ini betul-betul membuat saya jengkel. Kok bisa-bisanya sih, Audi tahan dengan sikap Rafa yang seperti itu? Tapi kemudian perlahan saya mulai memahami, bahwa memang butuh kesabaran dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Bila satu pihak keras kepala, maka pihak yang lain harus pintar-pintar dalam bertindak, termasuk menahan ego sendiri. Tidak mudah, memang.
Saya menyukai tokoh Audi yang rela mengorbankan segalanya demi sang suami. Dalam dunia nyata, hal ini tentu sulit ditemui, walau bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Memang saya sempat menyayangkan sifat Audi yang plin-plan, tapi di sinilah penulis menunjukkan kepada pembaca, bahwa tokoh ciptaannya memang tidak sempurna dan memiliki kelemahan.
Saya juga menyukai tokoh Yoga. Ada yang bilang cinta pertama sulit untuk dilupakan. Uhm, saya lupa apakah Audi cinta pertama Yoga atau bukan, namun saya tersentuh atas kebaikan hatinya dan rasa cintanya yang besar terhadap Audi, sehingga ia pun rela melakukan apa saja bagi mantan kekasihnya itu. Bahkan, ia dengan terang-terangan membujuk Audi untuk meninggalkan Rafa. Oke, agak kurang ajar emang. Bila dalam novel-novel seperti ini pihak ketiga seringkali adalah perempuan, dalam novel ini, pihak ketiga adalah laki-laki. Dan sejujurnya saya agak mendukung usaha Yoga untuk mendapatkan kembali cinta Audi, hehehe.
Bagian cerita yang paling saya sukai adalah konfliknya. Untuk ukuran novel romance yang tebalnya di bawah rata-rata novel romance yang biasa saya baca, novel ini sukses mengaduk-aduk perasaan saya. Ending novel ini sangat realistis. Agak berbeda dengan harapan saya, namun tidak sepenuhnya mengecewakan. Sederhana, dan menggugah harap (ampun deh, bahasanya). Gaya bertutur Nurilla Iryani sangat lincah dan mengalir. Hal ini sudah saya akui sejak membaca bukunya yang pertama. Dan meski buku ini ditulis dengan gaya bahasa campur aduk antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, tapi mudah dipahami.
Meski demikian, tentu ada kekurangan dalam novel ini. Pertama, adalah beberapa penggunaan bahasa Inggris yang kurang tepat. Misalnya pada halaman 37, terdapat kalimat “It starter seven years ago.” Mungkin maksudnya “It started seven years ago” kali ya? Kedua, keluhan yang sama dengan di buku pertama, yaitu novel ini kurang tebal. Tuh, sampai saya beri garis bawah segala. Cerita novel ini berhenti di halaman ke-206. Kalau dipikir-pikir, masih banyak aspek yang bisa dikembangkan dari novel ini, kalau saja jumlah halamannya bisa diperbanyak lagi. Contohnya: lingkungan kerja Audi yang kurang terekspos, atau penampilan Yoga dan Sonya yang saya rasa kurang banyak.
Secara keseluruhan, saya sangat menikmati novel ini. Saya yakin pembaca yang suka dengan gaya menulis model Ika Natassa akan penyukai novel ini. Novel ini cocok dibaca pasangan yang baru menikah, atau akan segera menikah. Lumayan, bisa dijadikan semacam contoh kasus agar kelak (semoga) tidak mengalami hal serupa.
Pernikahan memang tidak mudah, tapi selalu ada jalan keluar bagi mereka yang benar-benar berusaha mencarinya. :)
4/5 bintang.
Posting ini untuk:
* Indonesian Romance Reading Challeng 2014
* Lucky No. 14 Reading Challenge 2014 kategori: Freebies Time
Thanks buat Si Kucing atas novel manis bertanda tangan sang penulis ini. Love it, Darl. :)
jordan shoes
BalasHapusadidas nmd runner
adidas stan smith sneakers
curry 4
converse shoes
links of london
michael kors outlet
2018105 leilei3915
BalasHapuscoach outlet store online
ray ban sunglasse
rolex watch
coach outlet online
christian louboutin outlet
pandora charms sale clearance
adidas nmd r1
canada goose jackets
pandora outlet
cheap nfl jerseys