Judul Buku: Believe (Ksatria Dari Masa Lalu)
Penulis: Victoria Alexander
Penerjemah: Melody Violine
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012 (November, Cetakan I)
Tebal: 456 halaman
ISBN-13: 9789792289664
Harga: Rp. 55.000,-
Rating: 4/5
Penulis: Victoria Alexander
Penerjemah: Melody Violine
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012 (November, Cetakan I)
Tebal: 456 halaman
ISBN-13: 9789792289664
Harga: Rp. 55.000,-
Rating: 4/5
Tessa St. James adalah dosen sejarah yang tak menyukai segala hal yang berhubungan dengan abad pertengahan. Baginya, abad pertengahan adalah masa yang suram dan menyusahkan. Ia bahkan menolak mempercayai kisah tentang Raja Arthur dan hanya menganggapnya dongeng pengantar tidur. Anehnya, ia malah menyukai segala hal yang berhubungan dengan dewa-dewa Yunani dan sangat berharap bertemu bisa dengan mereka. Saat sedang berada di kampus, Tessa mendapatkan paket dari ibunya, isinya adalah buku-buku. Buku yang menarik perhatiannya adalah buku yang ditulis oleh Merlin. Isi buku itu sendiri tak kalah menarik. Gambar-gambar dalam buku itu terlihat sangat nyata, beberapa di antaranya menampilkan sosok Galahad—putera Lancelot—yang tampan, juga terdapat gambar pertempuran melawan naga yang terlihat sangat hidup. Tessa bahkan dapat merasakan hangatnya embusan api dari sang naga. Keanehan lain yang dapat ditangkap Tessa, adalah judul buku tersebut sepertinya berubah. Bahkan beberapa gambar yang tadinya tak ada, kini muncul.
Kejadian selanjutnya tak pernah dibayangkan oleh Tessa. Saat sedang memperhatikan sosok Galahad yang sedang berlutut di depan altar dengan bertopang pada pedangnya, Tessa merasa gambar itu mulai hidup. Tiba-tiba, Tessa merasa dirinya tersedot ke dalam buku. Sosok Galahad yang tadinya hanya ada di lembaran buku, kini berada persis di depannya. Tak lama kemudian Merlin muncul dan mengatakan kepada Tessa bahwa gadis itu sedang berada di masa lalu, tepatnya di abad pertengahan. Ya, Merlin telah menyeretnya melintasi waktu dan mundur ke masa yang paling dibenci oleh Tessa. Tessa berkali-kali meyakinkan dirinya bahwa yang ia alami hanyalah mimpi. Ia yakin bahwa ia sedang mengalami koma. Mungkin dia mengalami kecelakaan saat berada di kampus, dan kini benaknya sedang mempermainkannya.
Tessa keliru. Ia sama sekali tidak bermimpi. Merlin adalah sosok yang nyata dengan kekutan sihir sungguhan. Penyihir itu memilih Tessa untuk dibawa ke masa lalu karena ketidaksukaannya terhadap abad pertengahan, dan ketidakpercayaannya terhadap kisah Raja Arthur. Merlin berjanji akan mengembalikan Tessa ke masanya yang sehungguhnya, dengan syarat Tessa harus menemani Sir Galahad dalam misinya menemukan Cawan Suci. Tessa pernah mendengar kisah pencarian Cawan Suci yang dilakukan putera Sir Lancelot, namun kisahnya berakhir menyedihkan. Merlin berkata bahwa sejarah tidak dapat diubah. Meski hasil akhirnya sudah jelas, penyihir kharismatik itu meyakinkan Tessa bahwa kehadirannya di samping Galahad tak akan mengubah apa pun, namun ia tetap ingin agar Tessa ikut mengalami petualangan bersama sosok yang selama ini diyakini Tessa hanyalah sebuah dongeng. Tapi, sebenarnya Merlin punya tujuan lain yang tak dikatakannya pada Tessa…
***
Saya sangat menyukai cerita ini! Believe adalah novel historical romance pertama saya. Awalnya saya memilih novel ini karena novel ini tidak berseri. Namun saya tidak menyangka saya akan menyukainya. Pertama, novel ini mengandung unsure fantasi. Ada sihir, naga, dan terlebih lagi, setting novel ini adalah abad pertengahan. Saya menyukai tokoh Tessa yang cerdas namun keras kepala, meski pada bagian-bagian tertentu saya merasa kesal terhadap sikap kepala Tessa. Tokoh Sir Galahad juga menarik perhatian. Banyak kejadian lucu yang terjadi antara Tessa dan Galahad, yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan budaya (Tessa berasal dari Amerika di masa depan, sedangkan Galahad berasal dari Inggris di masa lalu). Penerjemahaan yang baik dalam novel ini membuat saya dapat memahami kelucuan dalam dialog antara Tessa dan Galahad.
Seperti umumnya kisah tentang love-hate relationship dalam novel-novel romance, hubungan antara Tessa dan Galahad juga awalnya tidak terlalu mulus. Mereka sering meributkan hal-hal yang berhubungan dengan gender. Tessa adalah wanita modern yang cukup mandiri, sementara Galahad adalah pria yang menganggap wanita seharusnya tidak boleh ikut berpetualangan bersama laki-laki karena mereka tak dapat diandalkan saat menghadapi marabahaya. Hal-hal seperti inilah yang membuat mereka kerap adu mulut. Namun, setelah lewati beberapa peristiwa peristiwa menegangkan bersama—salah satunya adalah melawan naga—perlahan-lahan mulai tumbuh rasa saling bergantung di antara mereka, dan tentu saja perasaan ini mengarah ke arah yang lebih ‘dalam’. Sayangnya Sir Galahad tampaknya masih mencintai istri yang telah lama meninggal. Sementara Tessa, andaikan ia benar-benar mulai mencintai Galahad, mampukah ia bertahan hidup di abad pertengahan yang jauh dari hal-hal modern? Hmm. Pilihan yang tidak mudah.
Jujur saja, saya tak benar-benar mengetahui kisah Raja Arthur (saya bahkan belum menonton film King Arthur [2004] yang diperankan oleh Clive Owen dan Keira Knightley), sehingga saya sedikit banyak berharap Raja Arthur, Guinevere, dan Lancelot akan lebih banyak ditampilkan dalam novel ini. Sayangnya mereka hanya tampil sedikit. Wajar saja, karena fokus cerita ini adalah Galahad dan Tessa. Setting ceritanya pun jauh sesudah Raja Arthur sukses dalam petualangannya untuk menyatukan Britania Raya. Oh ya, Merlin bisa dibilang adalah sutradara dalam kisah ini, sehingga ia cukup sering muncul. Kehadiran Vivienne, tokoh penyihir jahat dalam kisah asli Raja Arthur juga menambah warna dalam kisah ini. Saya tidak menyangka bahwa Vivienne sebenarnya adalah… oke, no spoiler.
Terlepas dari hal-hal yang tak saya ketahui tentang kisah Raja Arthur dan pencarian Cawan Suci yang dilakukan oleh Sir Galahad, saya tidak mengalami kesulitan dalam menikmati kisah Believe karya Victoria Alexander ini. Saya sangat menikmati unsur humor dalam novel ini. Saya benar-benar tertawa ngakak di beberapa bagian. Sangat jelas bahwa pengalaman pertama saya dalam membaca novel historical romance tidaklah mengecewakan. Saya tak menyangka membaca novel historical romance ternyata sangat fun. Dan tentu saja saya unsur romance dalam novel ini sesuai dengan harapan saya. Terjemahannya pun amat baik. Saya acungi jempol untuk penerjemah mampu membuat pembaca memahami humor dalam novel ini.
Tadinya saya memberi novel ini 5 bintang, tapi kemudian saya menguranginya menjadi 4 bintang karena terdapat (sedikit) hal yang mengganggu, yang sayangnya tak bisa saya tuliskan di sini karena mengandung spoiler. Buku ini saya rekomendasikan bagi penyuka genre romance dan fantasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar