Seri: Heist Society #1
Penulis: Ally Carter
Penerjemah: Alexandra Karina
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011
Tebal: 336 hlm.
ISBN: 9789792278026
Rating: 4/5
Sinopsis:
Waktu Katarina Bishop berumur tiga tahun, orangtuanya mengajaknya ke Louvre di Paris untuk mencuri koleksi lukisan museum itu. Pada ulang tahunnya yang ketujuh, Kat diajak berjalan-jalan ke Austria untuk mencuri permata di mahkota kerajaan. Dan pada umur lima belas tahun, Kat membuat rencana khusus--masuk ke sekolah asrama terbaik, bertekad meninggalkan bisnis keluarga untuk selamanya.
Tetapi, hanya tiga bulan kemudian, teman sekaligus mantan rekan Kat, Hale, muncul dan membawanya kembali ke dunia yang coba ia tinggalkan. Tapi cowok itu punya alasan bagus: ayah Kat butuh bantuannya. Kini ayah Kat terjebak di Paris, diawasi Interpol dan penjahat besar karena dituduh melakukan dua pencurian berbeda pada saat bersamaan.
Kat hanya punya satu pilihan: membuktikan bahwa ayahnya tidak bersalah. Padahal ia hanya punya waktu dua minggu untuk melacak keberadaan benda-benda seni itu, mengelilingi Eropa untuk mencari petunjuk, dan akhirnya... melakukan pencurian terbesar dalam sejarah keluarganya.
Katarina Bishop yang berusia lima belas tahun memutuskan keluar dari bisnis keluarga dan pergi bersekolah di Colgan School, salah satu sekolah asrama terbaik. Bisnis keluarga macam apa sih, yang membuat Kat ingin keluar? Ternyata, ‘bisnis keluarga’ yang dimaksud di sini adalah mencuri. Yap, benar sekali, ia berasal dari keluarga pencuri. Tidak sembarang pencuri, keluarga Kat adalah pencuri profesional yang melakukan pencurian benda-benda seni. Pada usia tiga tahun saja ia sudah diajak orang tuanya ke Louvre di Paris untuk ikut ambil bagian dalam pencurian koleksi lukisan di museum tersebut. Sebetulnya Kat cukup terkenal di kalangan para pencuri profesional. Hanya saja, ia merasa bisnis keluarga tersebut tidak cocok baginya, karena itulah ia memutuskan untuk keluar.
Sayangnya hanya tiga bulan saja Kat bersekolah di Colgan. Semuanya gara-gara, Hale, mantan rekan Kat, yang menjebak gadis itu sehingga ia dikeluarkan dari sana. Tujuannya Hale jelas: untuk membawa kembali Kat ke dunia yang telah ditinggalkannya. Tadinya Kat hendak menolak untuk kembali, namun kabar buruk dari Hale membuat gadis itu berubah pikiran. Ayah Kat butuh bantuan. Beliau tengah diawasi Interpol dan juga seorang penjahat berbahaya, karena dituduh melakukan dua pencurian yang berbeda pada saat bersamaan. Kat yakin sekali ayahnya tidak bersalah.
Kat akhirnya bertemu dengan Arturo Taccone, sosok penjahat besar yang mengancam nyawa ayahnya. Lelaki itu tak mau mendengarkan penjelasan Kat dan tetap bersikeras agar lukisan-lukisan yang (menurutnya) dicuri ayah Kat dikembalikan kepadanya. Taccone hanya memberi waktu dua minggu kepada Kat. Hal tersebut membuat Kat akhirnya melakukan perjalanan keliling Eropa untuk melacak keberadaan lukisan-lukisan yang hilang, dan akhirnya memutuskan untuk melakukan pencurian terbesar dalam sejarah keluarganya.
REVIEW:
Wow, saya tidak menyangka buku terjemahan Gramedia yang dilabeli ‘teenlit’ ini berisi kisah yang cukup seru untuk disimak hingga halaman terakhir. Meskipun Ally Carter sudah menulis serial Gallager Girls yang terkenal, namun inilah buku pertamanya yang saya baca. Dan, jujur saja, saya suka! Buku-buku yang berkisah dari sudut pandang pencuri memang tidak sebanyak buku-buku tentang detektif atau polisi yang berusaha menangkap pencuri, dan buku ini, walau ditujukan bagi pembaca muda, termasuk salah satu yang sayang jika dilewatkan begitu saja.
Dalam buku ini, Kat tentu saja tidak beraksi sendiri. Ia ditemani tim yang juga adalah ‘keluarganya’: W.W. Hale Kelima, si cowok super-kaya; Gabrielle, sepupu Kat yang cantik sekaligus rivalnya; kakak-beradik Bagshaw yang kocak dan menghibur (namun keahlian mencuri mereka tak perlu diragukan); Simon yang jago komputer; dan terakhir Nick, satu-satunya anggota tim yang bukan anggota ‘keluarga’. Ketujuh remaja ini memutuskan untuk membobol Museum Henley, sebuah museum di Inggris yang mustahil untuk ditembus mengingat tingkat keamanannya sangat tinggi.
Kisah ini diceritakan melalui sudut pandang Kat. Karakter Kat sendiri terasa agak datar menurut saya. Karakter teman-temannyalah yang justru lebih menarik dan lovable. Gabrielle misalnya. Gadis ini, meski sepintas terlihat seperti umumnya remaja cantik yang manja, namun ketenangannya dalam situasi-situasi sulit patut diacungi jempol. Lalu kakak-beradik Bagshaw, yang keluarganya sudah lama menjadi asisten dalam ‘bisnis keluarga’, juga termasuk karakter yang saya suka. Kedua saudara ini begitu kompak, dan pada saat-saat tertentu mampu menjadi penghibur yang ampuh bagi pembaca (tidak bagi Kat, karena pembawaannya memang agak lempeng). Sementara Simon yang nerdy dan agak canggung (kenapa ya para penggila komputer umumnya digambarkan seperti ini?) di luar dugaan memiliki kharisma yang membuat Gabrielle menaruh minat padanya. Kemudian Hale. Sebetulnya cowok kaya ini amat perhatian pada Kat, juga menaruh hati padanya. Sayangnya Kat agak lamban untuk urusan-urusan seperti itu, mungkin juga karena ia sibuk memikirkan cara menyelamatkan ayahnya, sehingga terkesan mengabaikan perasaan Hale *jitak Kat*.
Secara keluruhan buku pertama seri Heist Society ini amat menjanjikan. Karena buku ini adalah seri pertama, ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya adalah keberadaan ibu Kat yang masih misterius. Oh ya, mungkin karena saya jarang membaca teenlit terjemahan, saya merasa sedikit terganggu dengan penggunaan kata “nggak” di buku ini. Dalam deskripsi, terkadang penerjemah menggunakan kata “nggak”, namun di lain waktu ia menggukan kata “tidak”. Well, ini masalah selera saja sih, lama-lama juga terbiasa kok.
Buku kedua seri ini bertajuk Uncommon Criminals (Kriminal Kelas Atas) sudah diterbitkan oleh Gramedia pada November 2012. Saya sudah tidak sabar untuk segera membaca buku itu, mengingat kisah di buku pertama digarap dengan baik. Ah, dan saya juga akan mulai membaca seri Gallagher Girls, yang berkisah tentang remaja-remaja (perempuan) yang dididik untuk menjadi mata-mata. Kedengarannya tidak kalah seru.
Oh ya, bicara soal cover, menurut saya cover aslinya lebih keren. Menurutmu bagaimana? :D
***
aku lebih suka cover aslinya deh :)
BalasHapus*toss Bang Tezar* :D
HapusTampaknya buku yang dilabeli logo teenlit puny Gramedia iu dapat image "kurang bagus" yak :))
BalasHapusAndai The Hunger Games dapat label itu gimana ya? xD
*oke, maaf agak oot :))
oh iya, denger-denger buku ini mau diadaptasi jadi film lho :D
Hai. :D
HapusSebetulnya label 'teenlit' bukan berarti 'kurang bagus'. Bisa jadi karena buku-buku yang dilabeli 'teenlit' biasanya ceritanya ringan, dengan konflik yang nggak berat-berat banget (umumnya cinta-cintaan khas remaja gitu deh). Jadi untuk saya pribadi (yg nggak remaja lagi), jika ingin membaca cinta-cintaan, tentu akan lebih memilih membaca 'metropop' daripada 'teenlit'.
Nah, karena saya kelamaan bertapa di gunung, jadinya saya nggak tahu bahwa ternyata novel-novel terjemahan yang bergenre 'teenlit' aslinya di luar sono bergenre 'young-adult'. Padahal ya (cmiiw) 'teenlit' kurang lebih sama dengan 'young-adult'. Tapi ya itu tadi, setiap kali mendengar kata 'teenlit' yang terbayang di benak saya adalah cerita-cerita khas abege dengan konflik ringan. Bagaimana jadinya kalau The Hunger Games (yang bergenre 'young-adult') dilabeli 'teenlit'? Haduh, haduh, bisa jadi banyak pembaca non-abege yang nggak akan melirik buku itu sama sekali. Sayang banget kan?
Beruntung sekali untuk novel Heist Society ini, saya sempat membaca sinopsis di belakangnya. Biasanya mah sekali liat label 'teenlit', langsung males baca sinopsis. Ini sekalian mengingatkan diri saya sendiri deh "don't judge a novel by its label". Hehe.
Suka banget sama novel ini, ga sabar mau baca yg seri kedua, krn menurut sy di novel pertama ini profil Kat belum ditampilkan seluruhnya, rasanya masih ada yg kurang..
BalasHapusdaan sy ikut deg deg ser tiap muncul adegan Kat-Hale ^///^
btw, ada artikel yg bilang kalau drew bakal bikin film utk Heist Society ini, katanya 2013 ini kemunkinan rilisya, tapi gaungnya belum ada kedengaran lagi nih.. Penasaran seperti apa penggambaran para tokoh, terutama si tampan Hale, hehee..
Rui
@Rui: Drewbarry More ya? Wah, seru tuh kalo dijadiin film. Aku sudah cari infonya tapi gak ketemu. :(
HapusHai, aku juga mau dong ikutan curhat.
BalasHapusGila bener, tu novel bikin kita gag akan melepasnya sampai halaman trakhir terbaca.
Dan aku suka bgt kalo Kat udah ngobrol bareng Hale. Mereka serasi bgt!
Oh, aku juga penasaran W.W. Dari nama depan Hale artinya apa ya?
Mungkin pertanyaan kita akan sama-sama terjawab di buku selanjutnya. Kalau nggak salah totalnya ada 3 buku, tp yang diterjemahkan baru sampai buku ke-2.
HapusBeli bukunya dimana ya?? aku cari di gramedia nggak ada, adanya yg seri 2 aja...
BalasHapusnice post gan
BalasHapuswow keren banget Jual Jaket Wanita Online nice banget nih , makasi Jaket Wanita Carvil info nya kak sangat bagus
BalasHapuso6k48f6m71 g7k16o6n22 x0n87p8a35 x9q88d2y48 r6t32e2j55 w8x75o5o75
BalasHapus